Sore itu di
acara buka puasa bersama, aku menerima sebuah buku bersampul biru dengan
tulisan “OTW Bahagia” Perjalanan Menciptakan dan Menemukan Kebahagiaan. OTW
Bahagia? Memangnya dari dulu ke mana aja? Pengen usil nyelutuk seperti itu,
tapi gak jadi karena sebenarnya rasa penasaran pada isi buku ini lebih kuat.
Apalagi salah satu kontributor penulis pada buku kumpulan essai tentang
kebahagian ini adalah teman kuliah saya dulu di program Pasca Sarjana Ilmu
Komunikasi Unhas, Imelda Dyana.
Seneng lah aku
tuh.. temen aku ada ada yang baru sekali ikut kelas penulisan langsung pecah
telur, tulisannya termuat di buku. Aku aja sudah sekian lama nulis, ngeblog,
menang lomba penulisan sampai sekarang ikutan ngevlog pun belum punya buku.
Iyah, abis aku kalau diminta ikutan antalogi sering kebablasan deadlinenya,sih.
Masih bahagia bahagia aja nulis di blog (dan dibayar pula!). Tapi next time
kalau ada tawaran, insya Allah disanggupi. Makanya, tawarin aku dong nulis
buku..
OTW Bahagia, Perjalanan Menciptakan dan Menemukan Kebahagiaan
Bahagia itu sederhana, kata banyak orang yang
mungkin terinspirasi oleh lagu atau tagline iklan. Tapi apakah sesederhana itu
juga orang-orang tersebut merasa bahagia? Ternyata tidak semudah itu, Ferguso.
Paling tidak kesan itu yang aku dapatkan
setelah membaca beberapa (yaah.. sekitar 15 an cerita secara acak) dari 131
cerita yang termuat dalam buku setebal 350 halaman ini.
Ada yang menyadari kebahagiaannya setelah
diberi ujian dikhianati, ada yang merasakan kebahagian itu nyata saat ia
mensyukuri hal-hal kecil yang ia miliki, ada pula yang merasakan kebahagiaan
lain setelah merasa kehilangan nikmat yang selama ini tak pernah disadari. Bahkan ada pula yang merasakan kebahagiaan
ketika akhirnya berhasil berusaha nyari duit sendiri demi ke Jakarta untuk
menonton konser KPOP (Sumpah, itu bukan saya!). Manusiawi banget and it could
happened to anyone of us.
Kisah dalam buku OTW Bahagia ini memang
beragam. Melihat ‘bahagia’ dari sudut pandang 131 orang dengan latar belakang
yang berbeda membuat buku ini jadi menarik. Definisi bahagia dan cara
menemukannya bisa beda-beda. Seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah
bertahun-tahun tapi belum diberi momongan tentu berbeda proses menemukan
kebahagiannya dengan seorang wanita pekerja yang harus LDM (Long Distance
Marriage) an. Begitu pula yang sudah jungkir balik pengen kuliah tapi gak
direstui orang tua dengan yang didorong kuliah S2 pada jurusan pilihan
orangtua. Keseluruhan ceritanya ditulis oleh 131 orang perempuan based on their experience in life. The
strugle is there and you can see how strong women are to find their happiness.
Misalnya tulisan teman aku tentang struglenya
dia menjalani LDM. Sudah nikah, eh malah berjauhan. Bukannya nikah untuk hidup
bersama kan ya? Ini dia harus mengurus anak-anak sendiri, kerja kantoran pula,
sementara suami diseberang sana. Kemana-mana harus sendiri. Gak dianterin
suami. Kalau mau disusah-susahin ya bisa aja dibawa susah. Tapi keadaan ini
membuat Ime menemukan sesuatu kebahagian tersendiri dibalik kesulitan yang ia
rasakan. Apakah itu? Baca aja sendiri..
Karena Bahagia Itu Memang Sesederhana Itu, Ferguso!
Aku pribadi membaca kisah-kisah yang ada dalam
buku OTW Bahagia diam-diam merasa bersyukur, bahwa apa yang saya miliki dan apa
yang tidak saya miliki adalah kebahagiaan. Saya bahagia dengan yang saya punya,
pun saya bahagia tidak memiliki apa yang ingin saya punya. Aneh ya? Gak memiliki
kok bahagia.
Ya dong, yang kita gak
miliki bukan berarti yang kita bener-bener butuhkan dalam hidup ini. Bisa jadi
yang dimiliki orang lain membuat kita merasa kekurangan hingga tak bisa
bahagia, padahal apa yang tidak dimiliki oleh orang lain ternyata ada pada diri
kita. So why bother? Kalau rejeki pasti bakal dimiliki juga, entah bagaimana
cara Allah SWT mengaturnya. Usaha dan doa gak bakal menyalahi takdir. Eaaa...
Jadi begitulah, bahagia itu memang sederhana untuk sebagian orang. Meski begitu buat kamu yang masih OTW menemukan kebahagian kamu, I won't despise you karena memang bahagia itu kadang tidak sesederhana itu juga.
![]() |
Bahagia aja walaupun angin datang memporak-porandakan tatanan hijab. |
Anyway, pembaca bisa bercermin dari tulisan-tulisan
di buku OTW Bahagia, bahkan ketika kita merasa sudah menemukan kebahagiaan
sekalipun. Memang sih ada beberapa hal yang menurut aku sebagai pembaca cukup
ganggu. Misalnya font yang terlalu kecil dan spasi yang rapat. Cepat bikin mata
lelah dan bosan, apalagi yang skill menulisnya harus lebih banyak diasah. Kadang
aku langsung skip ke ending tulisannya saja. Sorry!
Buku ini sebenarnya adalah hasil karya kelas Nulis
Yuk batch 20, yaitu komunitas kelas belajar menulis online yang memberi
challange bagi peserta untuk menulis setiap minggu. It’s ok, we are still
learning each and everyday, right? Meskipun masih sederhana, namun dari kesederhanaan tulisan terpancar ketulusan pemikiran penulisnya.
Pada akhirnya dijadikan buku tentu
tulisan yang terbaiklah yang akan kita terbitkan sebagai pertanggungjawaban
bagi pembaca yang rela mengeluarkan uangnya untuk membeli buku kita. Bukankah
tulisan yang enak dan nyaman dibaca bisa membuat pembaca bahagia?
Ah, aku jadi pengen tahu definisi bahagia and
bagaimana mendapatkan kebahagian versi kamu. Share di kolom komentar ya!
Mantap kakak
BalasHapusMakasih dek Akram..
HapusReview nya keren, jujur terharu aku tuh hahahha, besok2 mo belajar nulis blog yg bener ah ... (mohon bimbingannya 😊🙏)
BalasHapusSama sama kak.. aku jg masih belajar kok. Yuk belajar bareng. *Lalu buka kelompok belajar*
HapusBahagia itu balik lagi sama pemahaman dan arti bahagia bagi diri sendiri. Pas kita bahagia, ternyata gak semua orang memandangnya dengan bahagia juga. Pasti ada aja yang nanya kok bahagia dalam hal sepele atau hal kaya gitu. Bahkan mungkin cemburu dengan kebahagiaan kita?
BalasHapusBener mba..itulah kenapa kubilang tidak memiliki pun bisa membuat bahagia. Kalau ada yg cemburu, mungkin blm sadar bahwa mereka memiliki yg org lain gak miliki.
HapusHai aku salah satu penulis otw bahagia ini no wa ya mba 081362136500
BalasHapus